Event tahunan Bumi Reog Berdzikir (BRB) yang digelar Persaudaraan Setia Hati Terate (SH Terate) Cabang Ponorogo diperkirakan kembali menyedot puluhan hingga ratusan ribu warga.
Tahun ini, Alun-alun Ponorogo diproyeksikan dipadati sekitar 100 ribu warga SH Terate yang datang untuk mengikuti dzikir bersama.
Ketua SH Terate Cabang Ponorogo, Moh. Komarudin, S.Ag., M.Si., melalui Koordinator Bidang Humas SH Terate Cabang Ponorogo, Alim Nor Faizin, S.IP., M.Si., menyebutkan estimasi jumlah peserta tersebut didasarkan pada data internal organisasi.
“Berdasarkan data yang kami peroleh dari masing-masing ranting dan komisariat, tercatat ada 73.850 warga dari 29 ranting/komisariat yang akan hadir,” kata Alim, Kamis, 25 Desember 2025.
Menurut dia, angka tersebut belum termasuk warga SH Terate dari luar daerah yang biasanya datang secara mandiri. Dengan mempertimbangkan antusiasme tahun-tahun sebelumnya, panitia memperkirakan jumlah peserta bisa menembus 100 ribu orang lebih dan memadati pusat kota Ponorogo.
Alim menegaskan, panitia tidak menyebarkan undangan resmi kepada warga SH Terate dari luar daerah. Kehadiran mereka murni atas dasar kesadaran dan semangat kebersamaan dalam mengikuti rangkaian dzikir bersama.
“Tidak ada undangan bagi warga SH Terate luar daerah. Jika ada yang datang, itu karena antusiasme mereka terhadap event BRB dan keinginan untuk ikut berdzikir bersama,” ujarnya.
Selain berdimensi religius, Alim menilai Bumi Reog Berdzikir juga berdampak signifikan terhadap pergerakan ekonomi masyarakat Ponorogo.
Kehadiran puluhan hingga ratusan ribu orang dinilai menciptakan pertukaran ekonomi yang besar, terutama di sektor perdagangan, jasa, dan usaha mikro.
“Giat BRB ini secara langsung bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Terjadi pertukaran ekonomi yang luar biasa karena melibatkan transaksi dari puluhan bahkan ratusan ribu orang yang datang ke Ponorogo,” kata Alim.
Menurut dia, geliat ekonomi terlihat dari meningkatnya aktivitas pedagang kaki lima, pelaku UMKM, penginapan, transportasi, hingga sektor jasa lainnya selama kegiatan berlangsung.
Karena itu, BRB tidak hanya menjadi ruang spiritual dan persaudaraan, tetapi juga momentum ekonomi kerakyatan yang dirasakan langsung oleh warga.(**)
