NgopiGayeng | Ponorogo - Kabupaten Ponorogo kembali mengukir prestasi membanggakan di tingkat dunia. Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) secara resmi menetapkan Ponorogo sebagai anggota baru UNESCO Creative Cities Network (UCCN) dalam kategori Crafts and Folk Art (Kerajinan dan Seni Rakyat).
Penetapan tersebut diumumkan oleh UNESCO melalui laman resminya, unesco.org, pada Jumat (31/10/2025). Dengan bergabungnya Ponorogo, Indonesia kini memiliki satu lagi kota yang diakui dunia karena keunggulan dan keberlanjutan ekosistem kreatif berbasis budaya lokal.
Capaian ini sekaligus melengkapi status Reog Ponorogo yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage/ICH) oleh UNESCO. Dengan demikian, Ponorogo kini menjadi salah satu kota di dunia yang memperoleh pengakuan ganda: sebagai pemilik warisan budaya takbenda dan pengembang ekosistem kreatif yang hidup dan berkelanjutan.
Kreativitas yang Berakar pada Tradisi
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menyampaikan rasa syukur dan bangga atas pencapaian ini.
“Ini adalah kemenangan seluruh masyarakat Ponorogo. Gelar Kota Kreatif UNESCO kategori kerajinan dan seni rakyat merupakan pengakuan terhadap ekosistem budaya kita yang hidup, berkelanjutan, dan berakar kuat. Mulai dari seni pertunjukan, kerajinan, hingga kriya. Reog Ponorogo yang telah berstatus Warisan Budaya Takbenda kini memiliki payung yang lebih luas di jejaring global,” ujar Bupati Sugiri Sancoko.
Lebih lanjut, Kang Giri – sapaan akrab Bupati Ponorogo menegaskan bahwa penetapan ini menjadi bukti nyata bahwa kreativitas berbasis tradisi Reog Ponorogo telah membentuk industri kreatif yang resilien dan berdaya saing global.
“Reog Ponorogo bukan sekadar tarian, tetapi sumber inspirasi bagi seluruh insan kreatif di daerah. Pengakuan ganda ini akan memperkuat citra Ponorogo di mata dunia serta membuka peluang kerja sama, pertukaran pengetahuan, dan investasi di sektor-sektor berbasis budaya,” imbuhnya.
Ekosistem Kreatif yang Memberdayakan
Dalam proses penilaian, UNESCO menyoroti kekuatan ekosistem Reog Ponorogo sebagai basis kreativitas masyarakat. Reog tidak hanya hadir sebagai seni pertunjukan, tetapi juga melahirkan aktivitas kriya yang melibatkan para perajin dalam pembuatan dadak merak, topeng Bujangganong, kostum, hingga perangkat gamelan.
Ekosistem ini terbukti memberikan kontribusi ekonomi signifikan:
• 23.840 pelaku seni pertunjukan dengan omzet tahunan mencapai Rp150 miliar, dan
• 273 pelaku kriya (kerajinan) dengan omzet sekitar Rp6,4 miliar per tahun.
Ponorogo menunjukkan bahwa seni tradisi dapat menjadi sumber daya ekonomi kreatif yang berkelanjutan, melibatkan ribuan pelaku budaya, serta menggerakkan sektor industri kreatif berbasis komunitas.
Mendunia Lewat Jejaring Kreatif
Dengan status barunya di UCCN, Ponorogo kini sejajar dengan kota-kota kreatif dunia lain seperti Pekalongan (batik), Bandung (desain), Ambon (musik), dan Jakarta (literatur). Keanggotaan ini membuka akses luas bagi Ponorogo untuk berkolaborasi secara internasional, memperkuat kapasitas kreatif, dan mempromosikan budaya lokal ke kancah global.(*)
• sumber : kominfo PO

